JAKARTA, iNews.id - Mobil listrik Tesla diklaim sebagai kendaraan dengan sistem keamanan terkuat di dunia. Namun, tiga orang peneliti dari Technische Universität Berlin (TU Berlin), Jerman, berhasil melakukan peretasan terhadap mobil buatan Elon Musk tersebut.
Ketiga peneliti itu adalah Christian Werling, Niclas Kühnapfel, dan Hans-Niklas Jacob. Mereka melakukannya dengan alat sederhana seharga 600 euro atau sekitar Rp10 jutaan dengan cara menginduksi penurunan tegangan singkat selama 2 detik sebesar 560 milivolt dan mengakarkan papan sirkuit autopilot Tesla berbasis ARM64.
Kesalahan tegangan yang terjadi memungkinkan ketiga peneliti mengekstrak kode arbitrer dan data pengguna dari sistem, termasuk kunci kriptografi dan bagian penting sistem, sehingga memungkinkan mereka merekonstruksi cara kerjanya. Peneliti bahkan memperoleh akses ke video dengan koordinat GPS meskipun telah dihapus oleh pemilik kendaraan sebelumnya.
Dihimpun dari Cybernews Rabu (3/1/2024), ketiga peneliti mampu memahami data mana yang dikumpulkan Tesla untuk melatih AI-nya dan data mana yang diabaikan. Mereka bahkan berhasil mengaktifkan “Mode Elon” yang lebih kuat.
Untuk diketahui, “Mode Elon” adalah fitur self-driving rahasia hands-free yang sebelumnya berhasil ditemukan peretas. Mode eksekutif ini memungkinkan kendaraan Tesla mengemudi sendiri tanpa masukan atau pemantauan apa pun dari pengemudi. Mode ini ditemukan oleh @greentheonly pada Juni 2023, yang menguji mode tersebut dan memposting beberapa klip di media sosial.
Peretasan ini juga dapat mengaktifkan fitur premium secara gratis. Sebelumnya peneliti yang sama di Blackhat mendemonstrasikan peretasan prosesor AMD infotainment untuk mengaktifkan pemanas kursi gratis.
Melalui penelitiannya, para peneliti ingin menjelaskan arsitektur keselamatan Tesla dan kesenjangan dalam sistem Autopilot, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang seberapa aman sebenarnya mobil tersebut.