Tulang belulang dan tengkorak memang menjadi pemandangan yang umum saat kita menaiki anak tangga. Hampir di setiap bebatuan tebing terlihat tulang belulang dan tengkorak berserakan dibiarkan begitu saja.
Lanjut menaiki anak tangga, saya berhenti karena terkejut melihat ada sebuah lorong atau gua yang tertutup dengan teralis besi. Terkejut bukan kepalang karena di dalamnya terdapat beberapa patung atau boneka yang menyerupai manusia. Patung-patung menyerupai manusia ini juga memakai baju. Paling mencolok adalah patung seorang nenek karena dia memakai baju berwarna ungu.
Meninggalkan patung-patung menyerupai manusia dalam goa yang ditutup teralis besi, kita bisa melanjutkan menaiki anak tangga. Sampai di ujung anak tangga, terdapat sebuah gua yang dari luar jika kita melongok dalam terlihat gelap.
Di dalam gua, kita bisa melihat terdapat seperti sebuah makam dengan beberapa tengkorak dan tulang belulang. Memandang lurus dari bibir goa, kita bisa melihat beberapa peti diletakkan menumpuk menggantung di antara dinding gua. Di bawah peti-peti menggantung tersebut seperti terdapat sebuah lorong jalan yang gelap, tapi saya tidak sempat menyusurinya.
Terlepas dari itu, kita telah dibuat takjub dengan kekayaan adat istiadat yang masih dijaga secara turun-temurun oleh masyarakat Toraja. Pesatnya perkembangan zaman dan teknologi modern, tradisi masyarakat Toraja tidak akan pernah terkubur oleh waktu.