Dampak Perlambatan Ekonomi Global Mulai Dirasakan Indonesia, Ini Strategi Pemerintah
Febrio menjelaskan, pertumbuhan ekspor Indonesia masih menunjukkan peningkatan secara volume. Permintaan ekspor produk unggulan Indonesia masih kuat, tercermin dari pertumbuhan volume ekspor non migas yang masih tumbuh 9,5 persen pada periode Januari–Agustus 2023.
Volume ekspor bahan bakar mineral termasuk batu bara, minyak hewani atau nabati, besi baja, kendaraan, logam mulia dan nikel, secara kumulatif Januari–Agustus 2023 masih meningkat signifikan.
Sementara itu, impor di bulan Agustus 2023 tercatat 18,88 miliar dolar AS, terkontraksi 14,77 persen (yoy), terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal, sedangkan impor barang konsumsi masih tumbuh sebesar 15,47 persen (yoy). Secara kumulatif impor periode Januari–Agustus 2023 tercatat 147,18 miliar dolar AS.
"Ke depan kinerja ekspor-impor Indonesia diperkirakan masih berada dalam tren positif, meskipun sedikit melambat seiring dengan moderasi harga komoditas dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global," ujar Febrio.
Terkait dengan kondisi tersebut, Febrio mengungkapkan strategi yang telah disiapkan pemerintah, antara lain terus mendorong keberlanjutan hilirisasi mineral yang dapat membawa Indonesia berpartisipasi dalam rantai pasok global, sehingga memberikan manfaat yang signifikan pada daya saing dan kinerja ekspor nasional.
Dia menambahkan, dampak penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global, terutama dari negara mitra dagang utama Indonesia, mulai dirasakan khususnya pada kinerja perdagangan.
"Untuk itu, pemerintah akan terus mengambil langkah-langkah antisipatif dengan terus mendorong keberlanjutan hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), meningkatkan daya saing produk ekspor nasional, dan diversifikasi mitra dagang utama”, tutur Febrio.
Editor: Jeanny Aipassa