Industri Tambang Tak Semringah dengan Penguatan Dolar AS
JAKARTA, iNews.id – Kurs rupiah yang ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak selamanya berpengaruh positif bagi industri tambang yang berorientasi ekspor. Ketidakstabilan rupiah dinilai akan memperburuk kinerja karena industri tambang harus kembali menyesuaikan rencana kerjanya.
Direktur Ekskutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan, dalam jangka pendek, pelemahan dolar AS memang memberikan keuntungan karena mayoritas produksi tambang seluruhnya diekspor. Hasil tambang yang diekspor akan dijual dengan dolar AS sehingga ketika dikonversikan ke rupiah sektor industri ini mendulang untung cukup besar.
Hendra mencatat, produksi batubara dalam negeri sekitar 80 persennya diekspor ke luar negeri. Kondisi tersebut tentu memberi pengaruh positif di tengah loyonya rupiah terhadap dolar AS.
Namun, dia menilai, setiap proses produksi sektor tambang juga tak bisa dilepaskan dengan mata uang negeri Paman Sam tersebut. Dia menyebutkan, sejumlah kegiatan memerlukan dolar AS untuk pembiayaan atau pembayaran, seperti pemakaian jasa subkontraktor hingga pengadaan alat untuk produksi.
“Tentunya banyak pembelian-pembelian dan cost dalam negeri juga yang menggunakan harus dalam dolar, jadi rupiah yang melemah ini secara keseluruhan tidak baguslah bagi industri termasuk kami di industri pertambangan,” kata Hendra di Jakarta, Rabu (7/3/2018).