Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Amerika Negara Nuklir Nomor 1, Rusia Nomor 2 dan China Ke-3
Advertisement . Scroll to see content

Ini 3 Cara China Bantu Topang Ekonomi Rusia

Kamis, 23 Februari 2023 - 14:18:00 WIB
Ini 3 Cara China Bantu Topang Ekonomi Rusia
Ini 3 cara China bantu topang ekonomi Rusia.
Advertisement . Scroll to see content

3. Memberikan Alternatif Dolar AS

Setelah beberapa bank Rusia terputus dari SWIFT, Rusia beralih dari sebelumnya menggunakan dolar AS menjadi mata uang China, yuan.

Perusahaan Rusia telah menggunakan lebih banyak yuan untuk memfasilitasi peningkatan perdagangan dengan China. Menurut Kireeva, bank-bank Rusia juga melakukan lebih banyak transaksi dalam yuan untuk melindungi mereka dari risiko sanksi.

Pangsa yuan di pasar mata uang asing Rusia melonjak menjadi 48 persen pada November 2022 dari posisi Januari 2022 yang kurang dari 1 persen.

Data yang dirilis SWIFT, Rusia menjadi pasar terbesar ketiga di dunia untuk pembayaran yuanpada Juli 2022, di belakang Hong Kong dan Inggris. Sejak itu, Rusia tetap menjadi salah satu dari enam pasar teratas untuk perdagangan yuan.

Kementerian keuangan Rusia juga telah menggandakan porsi cadangan yuan yang dapat dipegang dana kekayaan kedaulatan negara menjadi 60 persen, setelah sebagian besar simpanannya dibekukan oleh sanksi internasional.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan, Rusia hanya akan membeli yuan pada 2023 untuk mengisi kembali dana kekayaan negara.

"Dari semua mata uang asing yang dimiliki bank (sentral) Rusia, hanya yuan Tiongkok yang tidak dibekukan dan tetap menjadi mata uang yang bersahabat," kata Kireeva.

"Kami kemungkinan akan melihat dedolarisasi lebih lanjut dari perdagangan luar negeri Rusia secara umum dan sebuah peningkatan pangsa perdagangan dalam mata uang nasional dengan semua negara yang bersahabat atau netral terhadap Moskow," imbuhnya.

Dengan lebih banyak cadangan yuan, Rusia dapat menggunakan mata uang China untuk menstabilkan rubel dan pasar keuangannya. Rubel telah jatuh lebih dari 40 persen terhadap euro dan dolar AS pada tahun lalu, dan indeks saham utama Rusia telah terkoreksi lebih dari sepertiga.

Kementerian Keuangan Rusia bulan lalu mengumumkan akan melanjutkan intervensi valuta asing dengan menjual yuan dan membeli rubel. Namun hal itu mengalami kendala.

Menurut surat kabar Rusia Kommersant, UnionPay, sistem pembayaran China, dilaporkan telah berhenti menerima kartu yang diterbitkan oleh bank Rusia karena kekhawatiran akan sanksi Barat.

"Bisnis besar China mewaspadai sanksi sekunder dan berhati-hati dalam berurusan dengan entitas Rusia di bawah sanksi atau dengan pasar Rusia secara umum," ujar Kireeva.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut