Sosok Asal India Ini Bantu Elon Musk Jalankan Twitter, Pernah Kerja di Microsoft-Facebook
Krishnan lahir di kota Chennai, India selatan, dalam keluarga berpenghasilan menengah yang sangat tradisional. Hidupnya berubah ketika dia meyakinkan sang ayah untuk membelikannya komputer pada akhir 1990-an.
"Harganya sekitar 60.000-70.000 rupee, sebagian besar dari gaji ayah saya. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya akan menggunakannya untuk studi saya," kata dia dalam wawancara pada 2021, dikutip dari BBC, Senin (14/11/2022).
Tapi dia masih belum punya internet kala itu karena koneksi dial-up mahal dan tidak terjangkau. Jadi dia membeli buku coding untuk belajar sendiri dasar-dasarnya, dan berlatih setiap malam.
Sementara itu, Krishnan bertemu Ramamurthy pada 2002 saat belajar teknik di Universitas Anna di Chennai. Pada saat itu, dia akan lulus dengan gelar teknisi perangkat lunak. Begitu pula dengan Ramamurthy, seorang mahasiswi di perguruan tinggi yang sama.
Terobosan besar mereka terjadi beberapa bulan kemudian ketika salah satu postingan Krishnan di Microsoft diperhatikan oleh seorang eksekutif perusahaan, yang kemudian mempekerjakan pasangan itu pada 2005. Dua tahun kemudian atau pada 2007, Krishnan pindah ke AS dan Ramamurthy bergabung dengannya enam bulan kemudian.
Setelah bekerja di Microsoft, pasangan ini pindah ke perusahaan teknologi besar lainnya. Mereka mendapat kewarganegaraan Amerika pada 2017.
Desember lalu, mereka memulai karier sebagai podcaster, sebuah keputusan yang lahir dari kebosanan yang dipicu pandemi Covid-19. Mereka memutuskan ke Clubhouse, yang menjadi populer selama pandemi, untuk mengobrol tentang ruang teknologi.
Meski sedikit yang diketahui tentang hubungan Krishnan dengan Musk, dia telah menjadi pengagum terbuka orang terkaya di dunia tersebut. Krishnan menggambarkan Musk sebagai orang yang inspiratif dan founder yang ikonik. Dia juga secara terbuka mendukung visi Musk untuk Twitter dan mengkritik praktik seperti de-platforming di situs microblogging.
"Memiliki polisi internet di luar hukum yang mengarah pada penegakan di platform Anda adalah jalan menuju otoritarianisme dystopian," tulisnya di Twitter bulan lalu.
Editor: Jujuk Ernawati