Bahaya Kecanduan Gadget, Anak Harus Mendapatkan Literasi Digital dari Orang Tua
JAKARTA, iNews.id - Kemajuan teknologi informasi dan kondisi pandemi Covid-19 memaksa dunia dan Indonesia mengadaptasi gaya hidup baru yang mengandalkan dukungan teknologi internet. Perubahan ini menghasilkan lonjakan jumlah pengguna sekaligus meningkatkan risiko keamanan digital.
Muncul juga fenomena perubahan interaksi sosial akibat perkembangan dunia digital. Keterbukaan informasi di dunia digital ini pun ikut memengaruhi nilai dan norma dasar budaya Indonesia. Di mana Indonesia sempat mendapat predikat sebagai netizen paling tidak sopan, karena budaya digital di Indonesia yang parah saat berkomentar di social media.
“Saling hujat, budaya yang marah saling singgung. Belum lagi hidup digital tanpa punya kepekaan terhadap budaya orang lain,” Kata Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati saat acara Webinar Literasi Digital, pada Sabtu (29/5/2021).
Selain dampak negatifnya, menurut Devie ada juga yang menarik dengan keberadaan internet. Di mana pertumbuhan ekonomi digital meningkat hingga 400% selama masa pandemi 2020. Namun di balik itu tetap ada kerugian yang muncul akibat investasi dari ekonomi digital yang salah sasaran. Negara seperti Inggris saja mencatat kehilangan Rp3,5 Triliun, sementara Indonesia mengalami kerugian hingga Rp114 Triliun akibat investasi bodong.
Di sisi budaya dalam kecakapan digital dan bijak saat bersosial media, muncul masalah lain seperti kasus cyber bullying yang bisa menyebabkan orang bunuh diri. Hal itu pun menjadi keresahan para orang tua yang anak-anaknya lebih sibuk dengan gawai atau gadget. Oleh karenanya masyarakat Indonesia perlu mendapatkan literasi digital, terutama sejak dini anak-anak harus mendapat bimbingan dari orang tua terkait penggunaan gadget.