Kasus Stunting di Indonesia Masih Tinggi, Kenali Penyebab dan Pencegahannya!
Rencanakan kehamilan cegah stunting
Hal yang juga penting dilakukan mencegah terjadinya stunting adalah perencanaan kehamilan. Kemenkes disebutkan Fauzi memiliki 11 intervensi spesifik untuk mencegah terjadinya stunting mulai dari masa kehamilan, sebelum lahir, dan setelah melahirkan.
“Intervensinya bahkan dimulai sejak masih remaja putri, yaitu dengan memberikan tablet tambah darah (TTD) untuk mencegah anemia.”
Menurut Fauzi, remaja putri dengan anemia tentunya akan berisiko mengalami anemia pada saat hamil bila tidak diobati. Inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting dari masa kehamilan.
Intervensi dini juga dilakukan oleh BKKBN pada calon pengantin melalui program Elektronik Siap Nikah Siap Hamil (Elsimil). Dijelaskan Edi, ini adalah perangkat berbasis aplikasi dan website untuk skrining status kesehatan calon pengantin. Kalau sudah ideal akan dikeluarkan sertifikat siap nikah siap hamil.
Lantas untuk calon pengantin yang status kesehatannya tidak ideal apakah berarti tidak boleh menikah? “Tetap boleh menikah, tetapi dalam pengawasan tim pendamping keluarga. Harapannya tidak hamil dulu, maksimal 3 bulan sampai status kesehatannya membaik. Mereka juga diedukasi apa risikonya kalau tetap hamil, misal ibu yang anemia akan melahirkan anak yang stunting dan sebagainya.”
Selain itu BKKBN juga memiliki Tim Pendamping Keluarga yang ada di semua desa. Tim ini terdiri dari bidan desa atau tenaga kesehatan, kader BKKBN dan kader PKK. Tugasnya, lanjut Edi, adalah mengawal dan mendampingi keluarga yang punya anak stunting atau berisiko stunting.
Sementara program intervensi gizi yang dilakukan BKKBN adalah Dapur Sehat Atasi Stunting (Dasar). Konsepnya adalah menghidupkan sumber pangan bergizi yang ada di wilayah tersebut. Misalnya satu daerah berbasis talas, maka dibuatlah makanan bergizi dengan bahan utama talas yang dicampur ikan, telur, atau daging ayam. “Ini dikelola oleh Kampoeng KB dan makanan bergizi tersebut didistribusikan ke anak yang stunting atau berisiko stunting.“
Ada juga program Bapak Asuh atau Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) yang unsur utamanya adalah kepala daerah atau semua komponen masyarakat. Mereka kemudian menyumbang melalui badan zakat untuk bisa menyalurkan makanan bergizi selama 6 bulan untuk memperbaiki status gizi anak stunting.
Dengan program-program tersebut dan ditambah melibatkan semua kementerian, Edi optimistis target menurunkan stunting hingga 14 persen akan tercapai.
Editor: Vien Dimyati