Tar Miliki Zat Berbahaya, Solusi Alternatif Ini Kurangi Risiko Penyakit akibat Rokok
Hasil penelitian menunjukkan, perokok aktif memiliki jumlah inti sel kecil dalam kategori tinggi sebanyak 145,1. Sedangkan, pengguna produk tembakau alternatif dan non-perokok masuk dalam kategori normal yang berkisar pada angka 76-85.
Jumlah inti sel kecil yang semakin banyak menunjukkan ketidakstabilan sel akibat paparan terhadap senyawa toksik yang merupakan indikator terjadinya kanker di rongga mulut. Hasil riset memperlihatkan, tidak terdapat perbedaan signifikan antara jumlah inti sel kecil pada pengguna produk tembakau alternatif dengan non-perokok dan dua kali lebih rendah daripada perokok aktif.
“Itu sudah dibuktikan dari studi klinis yang dilakukan YPKP dari lapisan mukosa pada mulut. Makanya saya heran jika ada yang berpendapat kalau produk tembakau alternatif yang melalui proses pemanasan ini lebih berbahaya daripada rokok,” ujar Ardini.
Dalam kesempatan terpisah, Profesor dari Universitas Catania, Riccardo Polossa, yang menjadi narasumber dalam Global Tobacco & Nicotine Forum pada 27 April lalu mengatakan, produk tembakau alternatif terbukti mengurangi kadar risiko berbahaya hingga 80 persen - 90 persen. “Ini tidak berarti bebas risiko atau sepenuhnya bebas racun. Namun produk ini jauh lebih sedikit risikonya dibandingkan rokok,” katanya.
Oleh karena itu, Polossa sangat mendukung penggunaan produk tembakau alternatif untuk membantu perokok dewasa beralih dari rokok dan berpindah ke produk tembakau yang lebih rendah risiko. “Saya memiliki begitu banyak pasien yang mengubah hidup mereka dengan produk tembakau alternatif. Itu adalah pengalaman yang paling luar biasa bagi profesi medis saya,” ujarnya.
Dengan rendahnya kadar risiko tersebut, sejumlah negara telah memaksimalkan produk tembakau alternatif untuk menurunkan angka perokoknya. Sebut saja Inggris dan Jepang yang kini merasakan hasil positif dengan mendukung penggunaan produk tembakau alternatif. Penggunaan produk tembakau alternatif di Inggris telah mendorong 20.000 perokok berhenti merokok setiap tahunnya. Badan statistik Inggris melaporan angka perokok mengalami penurunan dari 14,4 persen pada 2018 lalu menjadi 14,1 persen atau setara dengan 6,9 juta perokok pada 2019.
Adapun berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, angka perokok pria turun di bawah 30 persen untuk pertama kalinya menjadi 28,8 persen pada 2019. Angka perokok perempuan turut berkurang 0,7 poin menjadi 8,8 persen pada 2019.
Editor: Vien Dimyati