Apakah Puasa Tanpa Niat Sah? Ini Hukum dan Dalilnya
JAKARTA, iNews.id - Apakah puasa tanpa niat itu sah? Pasalnya, tidak sedikit umat muslim yang terkadang lupa membaca niat ketika menjalankan puasa Ramadhan.
Oleh karena itu tidak heran jika ada salah satu mazhab dalam islam yang mengajarkan untuk membaca niat satu kali untuk satu bulan penuh.
Pasalnya, niat adalah salah satu rukun puasa Ramadhan. Ulama dari empat mazhab sepakat bahwa puasa wajib diawali dengan niat.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang tidak membulatkan niat mengerjakan puasa sebelum waktu hajar, maka ia tidak berpuasa.” (Hadits Shahih riwayat Abu Daud: 2098, al-Tirmidzi: 662, dan al-Nasa’i: 2293).
Lantas, bagaimana sebenarnya hukum jika puasa tanpa niat? Berikut adalah ulasannya.
Dari hadits di atas saja, sangat jelas bahwa siapa yang tidak melafalkan niat puasa fardhu di malam harinya atau ketika sahur, maka puasanya tidak sah.
Dikutip dari, Al Alim al Allamah Asy Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al Malibari, murid dari Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Fathul Mu’in telah membahas permasalahan niat tersebut.
Ia mengatakan: “Makan sahur tidak cukup sebagai pengganti niat, meskipun ia makan sahur bermaksud agar kuat melaksanakan puasa. Dan mencegah dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa karena khawatir akan terbitnya fajar juga tidak mencukupi sebagai pengganti niat selama tidak terbesit (di dalam hatinya) niat puasa dengan sifat-sifat yang wajib disinggung di dalam niat.”
Keterangan di atas jelas menyampaikan bahwa bahkan makan sahur saja belum bisa mewakili niat. Sehingga, mereka yang lupa niat puasa pada malam hari atau saat sahur puasanya tidak dianggap sah.
Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmû’ Syarhul Muhadzdzab menuturkan solusi tersebut sebagai berikut: “Disunnahkan (bagi yang lupa niat di malam hari) berniat puasa Ramadhan di pagi harinya. Karena yang demikian itu mencukupi menurut Imam Abu Hanifah, maka diambil langkah kehati-hatian dengan berniat.”
Keterangan di atas menjelaskan bahwa orang yang lupa belum berniat puasa Ramadhan pada malam harinya ia masih memiliki kesempatan untuk melakukan niat tersebut pada pagi harinya. Namun, dengan catatan bahwa niat tersebut juga mesti dipahami dan diniati sebagai sikap taqlid atau mengikuti dengan apa yang diajarkan oleh Imam Abu Hanifah.
Catatan tersebut sangat penting digaris bawahi. Terlebih, umat muslim di Indonesia adalah pengikut mazhab Syafi’i yang secara aturan mengharuskan niat di malam hari atau waktu sahur dan tidak boleh niat di pagi hari (setelah terbit fajar).
Mazhab Syafi'i, Hanafi, dan Hambali lebih menganjurkan mengucapkan niat setiap hari saat akan menjalankan puasanya atau setiap malam harinya.
Namun, mazhab Malikiyyah memperbolehkan menjamak (mengumpulkan) niat puasa sebulan penuh hanya di malam pertama bulan Ramadhan saja. Artinya, tidak diwajibkan mengulangi niat di hari-hari berikutnya.
Adanya niat berpuasa satu bulan penuh di awal bulan Ramadhan bukan semata-mata tanpa maksud. Hal itu tak lain untuk mengantisipasi apabila kita lupa membaca niat pada malam harinya.
Berikut ini adalah bacaan niat puasa Ramadhan selama sebulan penuh, lengkap dengan Arab, Latin, dan artinya:
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma jami'i syahri ramadhani hadzihis sanati taqlidan lil imami Malik fardhan lillahi ta'ala.
Artinya: Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah.
Adapun bacaan niat puasa Ramadhan yang dibaca secara harian adalah sebagai berikut:
نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ ا َدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانِ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّهِ تـَعَالىَ
Nawaitu shouma ghodin ‘an adaai fardhi syahri romadhooni haadzihis sanati lillahi ta’ala.
Artinya: Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan kewajiban bulan Ramadhan pada tahun ini karena Allah.