Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ceramah di Mabes Polri, UAS: Ketulusan Lebih Penting daripada Mengejar Opini Publik
Advertisement . Scroll to see content

Hadits Palsu tentang Surat Yasin, Begini Penjelasan Lengkap Para Ulama

Kamis, 06 Januari 2022 - 16:08:00 WIB
Hadits Palsu tentang Surat Yasin, Begini Penjelasan Lengkap Para Ulama
Membaca Surat Yasin di malam Jumat maupun di hadapan orang meninggal merupakan amalan baik. Namun, sebagian menyebut haditsnya palsu. (Foto: Freepik)
Advertisement . Scroll to see content

Hadis tersebut adalah riwayat Imam Abu Bakar bin Abu Syaibah, Abu Dawud, al-Nasa’i, dan Ibn Majah. Semua riwayatnya melalui satu jalur sanad, sehingga kami memilih riwayat Abu Dawud saja di dalam kitab Sunan Abu Dawud, karena kitab ini lebih populer dari yang lain. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud pada bab al-qira’ah ‘inda al-mayyit (bacaan di sisi orang yang mati). Sanad dan matan hadisnya adalah sebagaimana berikut:

قال: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ وَمُحَمَّدُ بْنُ مَكِّىٍّ الْمَرْوَزِىُّ – الْمَعْنَى – قَالاَ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِىِّ عَنْ أَبِى عُثْمَانَ – وَلَيْسَ بِالنَّهْدِىِّ – عَنْ أَبِيهِ عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « اقْرَءُوا (يس) عَلَى مَوْتَاكُمْ ». وَهَذَا لَفْظُ ابْنِ الْعَلاَءِ.

Abu Dawud berkata: Muhammad bin al-‘Ala’ dan Muhammad bin Makki al-Marwazi –secara maknawi- meriwayatkan dari Ibn al-Mubarak, dari Sulaiman al-Taimi, dari Abu ‘Utsman –bukan al-Nahdi-, dari ayahnya, dari Ma‘qil bin Yasar bahwa Nabi Saw bersabda: “Bacakanlah surat Yasin terhadap mawta kamu”. Ini redaksi Muhammad bin al-‘Ala’. (HR. Abu Dawud/3132)

Buya Arrazy menjelaskan, lafaz mawta merupakan jama’ dari mayyit yang memiliki dua makna, yaitu orang yang sedang menghadapi kematian (sakaratul maut) dan orang yang telah mati. Pemaknaan ini diketahui dari beberapa hadis mengenai talqin sebagaimana terdapat dalam Shahih Muslim “Talqinkanlah mawta dari kamu La ilaha illa Allah”. mawta dalam hadis Muslim tersebut lebih sering diartikan bimbingan (talqin) melafazkan kalimat tahlil terhadap orang yang sedang menghadapi kematian.

Dai muda asal Payakumbuh, Sumatra Barat yang mengkhatamkan enam kitab hadits itu mengatakan, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud tersebut secara lahiriah memang tidak ada persoalan. Tetapi, apabila diperhatikan nama-nama periwayat yang terdapat di dalam sanadnya, maka akan ditemukan masalah. 

Di dalam sanadnya terdapat dua tokoh yang tidak populer, yaitu “dari Abu ‘Utsman –bukan al-Nahdi-, dari ayahnya”. Ungkapan “bukan al-Nahdhi” menunjukkan bahwa Abu ‘Utsman yang ada dalam sanad ini bukan Abu ‘Utsman al-Nahdhi yang terkenal sebagai salah satu imam dari kalangan Tabi‘in. 

Namun Imam Ibn Hibban menilai hadis ini shahih, sehingga ia menyertakan hadis ini di dalam Shahih Ibn Hibban pada bab al-fashl fi al-muhtadhar (pasal tentang orang yang sedang menghadapi kematian). Redaksi haditsnya sama, tetapi Ibn Hibban menyebutkan sanadnya “dari Abu ‘Utsman dari Ma’qil bin Yasar” tanpa menyebutkan “ayahnya” di antara Abu ‘Utsman dan Ma’qil bin Yasar. Artinya, sanad yang diperoleh Ibn Hibban tersebut munqathi‘ (keterputusan jalur periwayatan). Barangkali keterputusan tersebut bukan berasal dari Ibn Hibban, tetapi dari penyalin naskah.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut