Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Proses Pemulangan Jenazah Sandera Israel Mengerikan
Advertisement . Scroll to see content

Gaza Kota Tanpa Rumah: 92% Bangunan Hancur, Rekonstruksi Butuh Keajaiban

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:43:00 WIB
Gaza Kota Tanpa Rumah: 92% Bangunan Hancur, Rekonstruksi Butuh Keajaiban
Dua tahun perang telah mengubah Gaza, wilayah padat penduduk, menjadi kota tanpa atap, tanpa dinding (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

GAZA, iNews.id - Dua tahun perang telah mengubah Jalur Gaza, wilayah padat penduduk, menjadi kota tanpa atap, tanpa dinding. Militer Zionis benar-benar menghancurkan wilayah berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa itu. Laporan terakhir Bank Dunia, Uni Eropa, dan PBB menunjukkan, 92 persen rumah di Gaza hancur sejak serangan Israel dimulai pada Oktober 2023.

Sekitar 81.000 unit rumah rata dengan tanah, sementara jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Tak ada lagi yang bisa disebut “rumah” di sebagian besar wilayah utara dan tengah Gaza.

Perumahan Jadi Sektor Paling Parah Dihantam

Dari total kerusakan senilai 53 miliar dolar AS (sekitar Rp881 triliun), lebih dari separuhnya berasal dari sektor perumahan.
Perang telah menghancurkan 15,8 miliar dolar AS nilai bangunan, menjadikan rumah warga Gaza korban terbesar dari agresi militer Israel.

Laporan Interim Damage and Needs Assessment (IRDNA) menyebut, 30 persen dari seluruh dana rekonstruksi, sekitar 15,2 miliar dolar AS, harus dialokasikan hanya untuk membangun kembali rumah.

Sementara kebutuhan jangka pendek tiga tahun pertama saja mencapai 3,7 miliar dolar, dengan prioritas membangun hunian sementara bagi keluarga yang kini hidup di tenda.

“Perumahan adalah jantung kehidupan Gaza. Tanpa rumah, tidak ada keluarga, tidak ada masyarakat, tidak ada kehidupan yang bisa dimulai kembali,” ujar Mamoun Besaiso, penasihat PBB untuk rekonstruksi. 

Ribuan keluarga kini berlindung di sekolah rusak, di reruntuhan gedung, atau di tenda-tenda darurat yang tidak tahan hujan dan dingin malam.

“Anak-anak tidur di lantai dingin, ibu-ibu memasak di bawah terpal plastik, dan setiap pagi mereka bertanya kapan bisa pulang. Masalahnya, mereka tak lagi tahu di mana rumah mereka berada,” kata Ahmed Bayram, dari Dewan Pengungsi Norwegia (NRC).

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut