Indonesia Reproduksi Sehat: Membangun Kualitas SDM Bangsa
Presiden memahami betul bahwa titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, serta kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia unggul ke depan. Karenanya, itu harus dijaga betul. Presiden juga menekankan jangan sampai ada lagi stunting, kematian ibu, atau kematian bayi yang meningkat.
Harus diakui, diperlukan inovasi yang bersifat sistematik dan disruptif untuk memutus mata rantai kondisi yang sudah berlangsung kronik, bagaikan sebuah benang kusut tanpa berujung–pangkal. Cara-cara inovatif seperti ini sangat sesuai dengan keinginan Presiden, yang dengan tegas mengatakan bahwa kita harus meninggalkan cara-cara lama, pola-pola lama dan mencari sebuah model baru, cara baru, nilai-nilai baru dalam mencari solusi dari setiap masalah dengan inovasi-inovasi.
Kebijakan Perencanaan Keluarga
Perencanaan keluarga (family planning) dan pendidikan kesehatan reproduksi harus dilakukan sejak usia remaja. Tujuannya, menyadarkan para calon orangtua tentang pentingnya memiliki gambaran dan target untuk membina keluarga yang sehat dan sejahtera di masa datang. Kebijakan ini harus dipelopori dan dipimpin oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan mengadopsi kearifan lokal setiap daerah di seluruh Indonesia.
Sesungguhnya, hakikat dari perencanaan keluarga adalah merencanakan, menyiapkan, dan menjaga dengan baik setiap kehamilan. Leluhur kita sejatinya sudah sejak lama menerapkan hal ini. Kita mengenalnya bibit (sperma dan sel telur = genotip), bobot (kualitas) dan bebet (penampilan = fenotip). Kebijakan pemerintah tentang vaksinasi kanker mulut rahim dan MMR (measles, mumps, rubella), perlu didorong pada skala yang lebih luas guna memproteksi para calon ibu hamil terhadap bahaya penyakit infeksi yang dapat mengganggu pertumbuhan jabang bayi di dalam rahim.
Sebanyak 35 persen kehamilan sehat ditentukan juga oleh kualitas sperma yang baik, karena itu penting sekali perubahan paradigma dalam kesehatan reproduksi bahwa laki-laki berperan besar untuk terjadinya kehamilan yang sehat. Isu gender dalam kesehatan reproduksi tidak lagi menjadi domain utama perempuan, melainkan harus didukung oleh kedua pasangan.