Jejak Harum Laksda Nurtanio di Langit Indonesia
Selain itu, pesawat Si Kumbang juga tertera dalam majalah Aviation di Amerika Serikat (AS), majalah Flight terbitan Inggris, serta majalah penerbangan di Jepang dan Filipina.
Inisial NU berasal dari nama perancang dan pembuatnya, yaitu Nurtanio, sedangkan angka 200 mewakili mesin yang tertanam di pesawat, yaitu sebuah mesin yang bertenaga 200 horse power (hp). Test flight pertama Si Kumbang dilakukan pada 1 Agustus 1954, hari minggu yang cerah di langit Lanud Husein Sastranegara, Bandung.
Menurut Chappy, keberhasilan yang luar biasa itu bukan sekadar buah dari hobi seseorang belaka. Si Kumbang muncul dari hasil kerja keras yang tidak mengenal lelah dan dedikasi tanpa pamrih dari seorang profesional beserta 15 orang timnya yang bekerja di satu bengkel percobaan sangat sederhana.

Presiden Jokowi berharap, jejak dan semangat Nurtanio itu yang akan melekat dalam proyek pesawat N219. "Ada sebuah kalimat yang patut kita hayati dari Nurtanio, 'Kita tidak usah ribut-ribut, yang penting kerja'," kata Presiden.
Nurtanio gugur dalam kecelakaan pesawat terbang pada 21 Maret 1966. Ketika itu dia menerbangkan pesawat Aero 45 atau Arev buatan Cekoslowakia yang telah dimodifikasi dengan memberi tangki bahan bakar ekstra.
Nama Nurtanio sempat diabadikan menjadi nama industri dirgantara Indonesia, Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), yang kemudian berevolusi menjadi PT DI. Jejak harum sang penerbang juga mengilhami lahirnya Universitas Nurtanio. Kini Nurtanio akan menjadi ruh dalam pesawat multifungsi bermesin ganda N219.
"Dan ini lah hasil kerja putra-putri bangsa penerus Nurtanio dan akan terus dilanjutkan hingga generasi anak-anak kita nanti," kata Jokowi.
Editor: Zen Teguh