Pengamat: 3 Faktor Ini Dapat Ubah Peta Politik Jelang Pilpres 2019
JAKARTA, iNews.id – Pembahasan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menjelang Pemilu 2019 cukup menyita perhatian publik, belakangan ini. Baik partai-partai pendukung Joko Widodo (Jokowi) maupun partai-partai penantang sang petahana, sampai saat ini sama-sama belum memutuskan pasangan yang akan diusung pada perhelatan demokrasi mendatang.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto menilai para elite politik saat ini sedang memainkan lakon yang sangat dramatis dalam proses penentuan arah koalisi di Pemilu 2019. Menurut dia, pola hubungan antaraktor politik sejauh ini masih terbilang cair dan masih dapat berubah.
Gun Gun mengatakan, ada tiga faktor yang menjadi alasan mengapa pola hubungan koalisi parpol-parpol masih bersifat dinamis sampai sekarang ini. “Pertama adalah soal figur. Kenapa figur membuat dinamis? Karena semua nama yang masuk dan kemudian jadi perbincangan di internal tiap-tiap partai, belum bisa diterima oleh semua anggota koalisi, sehingga butuh waktu sampai injury time,” ujar Gun Gun dalam Diskusi Polemik MNC Trijaya Network di Jakarta, Sabtu (28/7/2018).
Menurut dia, parpol-parpol membutuhkan waktu lama untuk menyepakati dan memutuskan pasangan kandidat yang akan diusung pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2019, karena variabel-variabel aktor tersebut cukup banyak. Selain dilihat dari sisi elektoral seperti elektabilitas (tingkat keterpilihan), penentuan figur yang akan diusung juga dipengaruhi oleh kekuatan politik yang mendukungnya.
Selanjutnya, kata Gun-Gun, faktor kedua yang membuat penentuan capres dan cawapres saat ini masih dinamis adalah belum adanya titik temu politik akomodasi di antara parpol-parpol yang sudah atau hendak berkoalisi. Dia menjelaskan, masing-masing partai memiliki kepentingan menyangkut peluang keuntungan dalam kekuasaan di kemudian hari terutama tahun 2019 dan 2024. Karena itulah, dari awal masing-masing parpol berlomba-lomba mengajukan ketua umum mereka untuk menjadi capres atau cawapres.