ATVSI Ungkap Kondisi Dunia Broadcasting di Indonesia Saat Ini: Kami Mengalami Tekanan Luar Biasa
JAKARTA, iNews.id - Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) membahas dinamika penyiaran yang berlangsung cepat di berbagai aspek. Pemangku kepentingan perlu memberikan perhatian terhadap kondisi penyiaran di Indonesia saat ini.
“Acara ini sangat penting untuk mengajak para pengamangku kepentingan untuk peduli dan memberi perhatian terhadap kondisi penyiaran di Indonesia saat ini,” kata Tovan dalam acara ATVSI Business Forum ‘5G Broadcasting: Challenge & Opportunity’, Selasa (30/7/2024).
Kondisi broadcasting atau penyiaran di Indonesia saat ini semakin terancam. Ancaman ternyata bukan hanya dari dalam tapi juga luar.
“Demokrasi memiliki empat pilar, legislatif, eksekutif, judisieri, dan free media. Saya ingin banyak menyampaikan juga pilar keempat demokrasi kita, free media, sedang terancam. Bukan dari dalam, tapi dari luar. Saat ini, industri kami ini mengalami tekanan yang sangat luar biasa sekali,” kata Tovan.
Dunia penyiaran seakan tergerus oleh munculnya algoritma seperti YouTube, Instagram, dan TikTok. Dia meminta pemerintah agar memerhatikan kondisi penyiaran di Indonesia.
“Kalau tidak kita perhatikan, kalau kita tidak mewaspadai, itu nanti bisa menguasai pilar keempat demokrasi (free media). Saat ini, kami, saya selaku Direktur Utama TV One, juga melihat bahwa ancaman ini sangat luar biasa sekali. Tuntutan terhadap market yang sedemikian besar, itu memaksa kami untuk berinovasi,” tuturnya.
Oleh karena itu, pihaknya berinovasi mengembangkan 5G di dunia penyiaran. Inovasi 5G broadcasting menjadi solusi siaran-siaran TV dapat disampaikan lewat smartphone tanpa harus membayar data.
“Itu salah satu benefit-nya, dan masih banyak benefit-benefit yang lain,” tuturnya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tidak menutup hadirnya inovasi 5G broadcasting di Indonesia. Menurut Direktur Penyiaran Ditjen PPI Kominfo Geryantika Kurnia pihaknya tidak akan buru-buru dalam mengembangkan 5G broadcasting di Indonesia.
“Kami gak akan buru-buru pindah ke 5G, karena harus lihat dulu, sistemnya belum mature. Dampak terhadap broadcaster, coast yang ini efisien atau tidak, dan dampak dari masyarakatnya sendiri karena mereka baru pindah dari analog ke digital,” tuturnya.
Meskipun beberapa negara sudah melakukan uji coba, kata Gery, Indonesia harus melihat keberhasilan di negara lain. Jangan sampai hanya dijadikan uji coba oleh vendor.
Editor: Dini Listiyani