Bisnis Barang Tak Biasa Ini Nilainya Sentuh Rp9.245 Triliun, Apa Itu?

Aditya Pratama
Di dalam gudang Liquidity Service seluas 130.000 kaki persegi di Garland, Texas, Amerika Serikat (AS) dipenuhi dengan barang dagangan yang tidak biasa. (foto: Ilustrasi/Pixabay)

Tak hanya itu, terdapat juga biaya lingkungan yang besar terkait pengembalian barang. Pengembalian yang tidak dilikuidasi sering dihancurkan dengan dibakar atau dikirim ke tempat pembuangan sampah. Optoro memperkirakan pengembalian AS menghasilkan sekitar 16 juta metrik ton emisi karbon dan menghasilkan hingga 5,8 miliar pon limbah TPA setiap tahun.

Setahun setelah diluncurkan pada 2000, Liquidation.com melakukan penjualan besar pertamanya, yaitu kapal laut senilai 200.000 dolar AS untuk negara bagian Georgia. Pada tahun 2006, perusahaan tersebut go public dengan nama baru Liquidity Service. Sahamnya mencapai puncaknya pada tahun 2012, cenderung menurun selama tujuh tahun ke depan, kemudian melihat kebangkitan selama pandemi Covid.

Liquidity Service tetap menjadi satu-satunya likuidator utama yang diperdagangkan secara publik. Pemain besar lainnya adalah B-Stock Solutions, yang menjalankan pasar likuidasi bermerek untuk klien besar seperti Amazon, Walmart, Home Depot, dan Costco. 

Liquidity Service menjual barang yang dikembalikan di berbagai pasar. Ada Liquidation.com di mana palet pengembalian dan beberapa item individual dilelang ke penawar tertinggi, Secondipity untuk penjualan langsung item individual, dan GovDeals untuk beberapa item yang sangat tidak biasa.

Liquidity Service juga menangani surat dan paket yang tidak diklaim untuk Layanan Pos AS, kendaraan militer yang tidak dapat digunakan, dan barang-barang yang tertinggal di pos pemeriksaan TSA, seperti 14 pon berbagai macam pisau.

Ketika kedatangan barang elektronik, banyak pengembalian tiba dalam keadaan rusak dan tidak dapat langsung kembali untuk dijual kembali. Liquidity Service memperbarui ratusan TV setiap hari yang dijual dengan harga 60-70 persen dari harga aslinya. Elektronik yang diperbaharui telah mendapatkan popularitas karena backlog rantai pasokan menyebabkan kekurangan barang baru. 

Headphone dan TV peredam bising yang diperbaharui sangat diminati, dan juga barang-barang yang diperbaharui bernilai jutaan dolar, seperti mesin yang digunakan untuk membuat microchip.

“Kami telah melihat perusahaan Fortune 500 mengakses peralatan bekas di pasar kami karena waktu pengiriman lebih singkat dalam ekonomi sirkular daripada menghasilkan barang yang baru diproduksi, meletakkannya di kapal, mengangkut melintasi lautan, ke pelabuhan yang kemungkinan macet untuk enam hingga delapan bulan,” ucap CEO Liquidity Services, Bill Angrick.

Editor : Aditya Pratama
Artikel Terkait
Megapolitan
2 hari lalu

28 Ton Barang Dagangan Hangus Terbakar, Pedagang Pasar Induk Kramat Jati Rugi Rp100 Juta

Internasional
25 hari lalu

Amazon PHK 14.000 Karyawan, 40 Persen Insinyur Terdampak

Bisnis
29 hari lalu

Jeff Bezos Kembali Jadi CEO, Kini Pimpin Startup AI Senilai Rp103 Triliun

Bisnis
1 bulan lalu

Kekayaan Jeff Bezos Tembus Rp4.399 Triliun Didorong Lonjakan Saham Amazon

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal