TEMBAGAPURA, iNews.id – Mata Lidya fokus menatap dua layar besar di depannya. Sesekali perempuan asal Trenggalek, Jawa Timur ini melirik dua layar yang lebih kecil, tepat di bawah layar utama. Cermat dia memandang pergerakan benda yang tampak samar. Sementara tangan kanan dan kirinya tak henti menggerakkan joystick (semacam persneling) di kursi.
Sepintas, mantan perawat ini seperti duduk di sebuah konsol sedang memainkan game. Namun tidak! Lidya merupakan salah satu operator alat berat pertambangan bawah tanah (underground mine) PT Freeport Indonesia.
Dari sebuah kursi di lantai 2 office building #4 Mile Post 72, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, perempuan berambut lurus sebahu ini mengoperasikan kendaraan long haul dump (LHD) yang hilir mudik di perut bumi. Paling tidak jarak antara Lidya dengan kendaraannya terpaut 8 kilometer jauhnya.
“Ini mundur, ini maju,” kata dia sambil menggerakkan tuas, lantas menunjukkan pergerakan alat berat di layar. “Ini mengambil batuan tambang di draw points kemudian nanti menumpahkannya ke grizzly,” ujarnya, Jumat (16/8/2024).
Grizzly yang dimaksud yakni penyaring material ekstraksi. Adapun LHD tak lain kendaraan angkut mineral tambang. Kendaraan itulah yang dikendalikan secara remote oleh Lidya, salah satu dari 200 operator dari Lantai 2 MP 72.