JAKARTA, iNews.id - Contoh teks khutbah Jumat Bulan Safar terbaru kali ini membahas tentang memupus dendam menebar kedamaian. Bulan Safar merupakan momentum tepat untuk terus berbuat baik dengan menebar kedamaian.
Sebagaimana diketahui, khutbah Jumat merupakan salah satu syarat utama dalam sholat Jumat. Khutbah berisikan wasiat untuk bertakwa kepada Allah dan pesan-pesan kebaikan kepada para jemaah. Saat khatib sudah di atas mimbar, Muslim wajib mendengarkan dan menyimaknya serta dilarang berbicara agar nilai ibadahnya tidak sia-sia.
Berikut contoh teks khutbah Jumat Bulan Safar terbaru yang ditulis Prof Darwis Hude dilansir dari laman istiqlal.
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، أَمّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah
Setelah memuji kepada Allah Swt, bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, keluarga, serta sahabatnya, izinkan saya untuk berwasiat kepada hadirin semua, khususnya pada diri saya sendiri. Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt, dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Yakni mengerjakan apa yang diperintahkan, serta menjauhi apa yang dilarang, kapan pun dan dimana pun, dalam keadaan bagaimana pun, senang maupun susah, gembira ataupun sedih.
Karena dengan kita bertakwa, Allah Swt pasti akan menjamin kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat, juga memberikan jalan keluar atas setiap masalah yang kita hadapi.
Kemudian marilah kita memperbanyak muhasabah (introspeksi) diri sendiri. Tidak sibuk mengkritik dan mengorek kesalahan orang lain.
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah
Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah. Saat ini kita sedang berada di bulan Shafar. Peristiwa hijraturrasul dari Mekah ke Yatsrib (demikian nama Madinah saat itu) terjadi di akhir bulan Shafar hingga pertengahan Rabiul Awal.
Tepatnya, 26 Shafar Nabi SAW keluar dari rumah meloloskan diri dari lubang jarum pembantaian di Mekah, berlindung beberapa hari di gua Tsur bersama sahabat setianya, Abu Bakar ash-Shiddiq; lalu bergerak ke Yatsrib 1 Rabi’ul Awal, dan tiba dengan selamat di Quba (luar kota Yatsrib) 12 Rabi’ul Awal (2 Juli 622). Prioritas pertama yang beliau canangkan adalah membangun masjid – yang kita kenal saat ini dengan Masjid Quba.
Selama periode Mekah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama dengan pengikutnya diperlakukan sangat tidak manusiawi oleh orang-orang musyrikin Mekah. Tercatat dalam sejarah bagaimana pemangku adat bersama dengan birokrat melakukan pemboikotan (embargo) ekonomi dan sosial selama kurang lebih tiga tahun.
Pertama, siapa pun yang memberi pertolongan hatta menerima kaum Muslimin sebagai tamu di rumahnya maka ia dianggap bagian dari mereka dan hak-haknya sebagai warga masyarakat juga ikut diputus.
Kedua, tidak dibolehkan terjadi hubungan pernikahan dengan kaum Muslimin.
Ketiga, penduduk Mekah tidak diperkenankan melakukan transaksi ekonomi dengan kaum Muslimin. Semua produk pertanian, peternakan, industri tidak boleh dijual kepada pengikut Muhammad SAW. Sebaliknya, semua produk yang dihasilkan kaum Muslimin dilarang dibeli oleh penduduk kota.