RIYADH, iNews.id – Arab Saudi tidak tertarik untuk ambil bagian dalam koalisi baru pimpinan AS yang dibuat untuk melindungi lalu lintas kapal dagang Israel di Laut Merah dari serangan Houthi. Negara pimpinan Raja Salman saat ini lebih memprioritaskan keamanan dalam negeri dan pembangunan ekonominya sendiri.
The New York Times (NYT) dengan mengutip sejumlah pejabat AS dan Saudi melaporkan, Riyadh lebih tertarik untuk membangun perdamaian di wilayah perbatasan selatannya dengan Yaman, daripada ikut-ikutan bergabung dalam operasi angkatan laut Amerika Serikat dan kawan-kawan. Apalagi, Riyadh sudah delapan tahun berperang melawan Houthi dan itu sangat menguras kas negara. Konflik tersebut bahkan telah mendorong Yaman terjerembab ke dalam salah satu krisis kemanusiaan paling parah di dunia.
Menurut laporan NYT, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman al-Saud (MBS), begitu berambisi untuk mengubah negaranya menjadi pusat bisnis pada 2030. Karena itu, dia berupaya menyelesaikan konflik dan meredakan ketegangan di Timur Tengah, termasuk melalui pemulihan hubungan dengan Iran, pesaing kuat Saudi di kawasan. Stabilitas dan perdamaian dinilai akan menarik wisatawan dan meyakinkan investor tentang keterbukaan Arab Saudi dalam dunia bisnis.
“Untuk mewujudkan kawasan yang stabil, kita memerlukan pembangunan ekonomi di seluruh kawasan. Kita tidak perlu melihat masalah (lagi) di Yaman,” kata Pangeran MBS dalam sebuah wawancara televisi pada September lalu. Pada waktu itu, para pejabat Saudi menyambut delegasi Houthi untuk perundingan damai di ibu kota Saudi, Riyadh.
Yaman telah dilanda konflik bersenjata antara pasukan pemerintah dan pemberontak Houthi sejak 2014. Situasi tersebut memburuk pada Maret 2015, ketika koalisi pimpinan Arab Saudi, bekerja sama dengan Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, mulai melakukan operasi serangan udara, darat, dan laut melawan Houthi. Kelompok pemberontak yang didukung Iran itu pun membalas dengan menyerang pasukan Saudi dan menembakkan rudal ke Arab Saudi.
Pascakonflik bersenjata antara Israel dan para pejuang Palestina dari gerakan Hamas mencuat pada Oktober, kelompok Houthi meningkatkan serangan mereka terhadap kapal-kapal kargo yang terkait dengan Israel di Laut Merah dan Laut Arab. Kelompok itu juga bersumpah untuk melanjutkan serangannya sampai Israel mengakhiri kekejaman dan aksi militernya di Jalur Gaza.