Kecaman dunia internasional semakin meningkat setelah sejumlah laporan memuat penahanan massal dan pengawasan ketat terhadap etnis Uighur dan Muslim lainnya di China. Amerika Serikat (AS) bahkan mempertimbangkan penjatuhan sanksi terhadap China.
China membantah pihaknya menahan warga Uighur di pusat pengungsian dan menyebut fasilitas semacam itu tidak ada. Namun mereka mengaku mengirim para pelaku tindak kriminal ke pusat pelatihan.
Sementara itu, mantan tahanan mengaku dipaksa keluar dari Islam dan menyatakan kesetiaan mereka kepada Partai Komunis. Dia juga menggambarkan fasilitas itu sebagai tempat indoktrinasi politik.
"Menjadi sebuah pembenaran retrospektif untuk penahanan massal orang-orang Uighur, Kazakh, dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang," kata James Leibold, pakar kebijakan etnis China di La Trobe University di Melbourne.