"Kalau di Jepang, penyediaan makan siang, setiap sekolah punya dapur untuk memasak. Setiap sekolah memiliki fasilitas untuk itu, misalnya sekolah dengan 600 murid mereka menyediakan untuk 600 murid, memiliki 200 murid mereka menyediakan untuk 200 murid," kata Aiba.
Meski demikian, lanjut dia, di beberapa daerah tertentu yang penyajiannya diserahkan kepada kitchen center yang memasok untuk beberapa sekolah sekaligus.
"Misalnya untuk satu kitchen center untuk 1.000 meal (porsi) itu juga bisa. Bisa jadi 1 kitchen center untuk 10.000 porsi. Mungkin di situ nanti ada lima line fasilitas yang bisa dipenuhi," ujarnya.
Dia menekankan, sekolah yang memiliki dapur sendiri untuk mengolah makan siang bergizi tetap lebih baik dibandingkan dengan kitchen center. Ini karena bisa terjalin kedekatan antara makanan dengan setiap siswa.
"Kenapa kalau di dalam sekolah (perlu) ada dapur, ada kedekatan murid lebih terhadap makanan itu. Bisa jadi saat istirahat mereka keluar kelas bisa mencium dapur dari dalam sekolah," tuturnya.