Meski demikian, Hamas tetap menuduh Israel melanggar perjanjian dengan terus melakukan serangan terbatas dan menutup perbatasan Rafah.
“Sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober, pasukan pendudukan telah menewaskan 90 warga Palestina dan menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan,” tambah Qassem.
Seruan Hamas ini dinilai sebagai sinyal positif bagi upaya rekonsiliasi politik yang selama ini macet. Setelah satu dekade perpecahan antara Hamas di Gaza dan Fatah di Tepi Barat, banyak pihak melihat momen pascaperang ini sebagai kesempatan langka untuk menyatukan kembali arah perjuangan rakyat Palestina di bawah satu visi nasional.