"Kendati kami sudah mengirimkan beberapa permintaan data klinis, hasil penyelidikan, maupun kontak yang mungkin dan tes laboratorium potensial yang dilakukan, namun informasi itu belum dikomunikasikan ke WHO," demikian pernyataan badan kesehatan PBB itu.
"Terbatasnya informasi resmi yang tersedia dari otoritas Tanzania merupakan tantangan."
Pihak berwenang di Afrika timur dan tengah menetapkan status siaga tinggi untuk kemungkinan terjadinya arus wabah Ebola dari Republik Demokratik Kongo, di mana wabah penyakit mematikan itu sudah berlangsung selama setahun dan menewaskan lebih dari 2.000 orang.
Pekan lalu, Menteri Kesehatan Amerika Serikat Alex Azar mengkritik Tanzania karena gagal berbagi informasi tentang kemungkinan wabah Ebola di negaranya. Hari berikutnya, dia mengirim seorang pejabat senior kesehatan AS ke Tanzania.
Uganda, yang bertetangga dengan Kongo, mencatat beberapa kasus setelah pasien yang sakit melintasi perbatasan. Respons pemerintah yang cepat di sana terbukti mampu mencegah penyebaran penyakit ini.
Seorang perempuan berusia 34 tahun yang meninggal di Dar es Salaam melakukan perjalanan ke Uganda, menurut dokumen internal WHO yang bocor dan beredar awal bulan ini. Dia menunjukkan tanda-tanda Ebola termasuk sakit kepala, demam, ruam, diare berdarah pada 10 Agustus dan akhirnya meninggal pada 8 September.
Tanzania sangat bergantung pada pariwisata dan wabah Ebola kemungkinan akan menyebabkan penurunan jumlah pengunjung.