Singkat cerita, tim mengundurkan diri ke titik temu. Pukul 03.30 atau satu jam setelah tim ini mundur, pantai mulai dibombardir meriam-meriam kapal TNI AL. Bagaikan pesta kembang api, pantai dibakar dentuman-dentuman proyektil meriam.
Sementara anggota tim berenang, hari semakin terang. Dari jauh samar-samar terlihat rampa LST dengan nomor lambung 501 menganga lebar tanda bahwa gelombang penyerbu tank-tank Maninir sudah meluncur menuju sasaran.
Juga di arah daratan di atas Kota Dili ratusan payung yang sedang mengembang melayang-layang dimuntahkan dari perut Hercules- Hercules TNI-AU. Pertempuran di darat berkobar sengit karena anggota tim ini mendengar letusan-letusan menggelegar dan kepulan-kepulan asap tebal dari arah daratan.
Satu hal yang tidak diduga yaitu perubahan arah arus yang tidak menentu, sehingga sangat sulit untuk mempertahankan arah lebih-lebih di tengah lautan tanpa ada titik-titik kenal sebagai patokan. Itu lah sebabnya hingga berjam-jam anggota tim tidak berhasil menemukan perahu karet yang menunggu.
Perubahan arus yang terjadi berkali-kali membuat para anggota terombang-ambing. Sempat mereka dibuat gembira karena melihat pesawat Dakota (DC-3) TNI-AL melintas.
Para anggota tim berusaha memercik-mercikkan air ke atas sebagai tanda agar dapat dilihat dari atas. Tetapi harapan tinggal harapan dan pesawat terus ke arah barat tanpa menghiraukan anggota. Dan ternyata pesawat tersebut memang tidak ditugaskan mencari. Anggota tim pun terus berenang lagi.