Malam tersebut, tanggal 9 Desember 1975, mereka berdua dirawat seorang mantri desa, luka-luka terutama di kaki diobatinya. Sedangkan Soeyono pada malam tersebut mengalami kelumpuhan. Anggota badannya tidak dapat digerakkan.
Serka Marinir Nur Kamid menangis melihat kenyataan tersebut. Tetapi berkat rawatan penduduk dengan ramuan daun-daunan dan paginya Kopral Soeyono sudah mulai bisa duduk dan 2 hari kemudian sudah dapat berjalan normal.
Tanggal 10 Desember 1975 mereka berdua masih dalam rawatan penduduk Peitoko. Sekitar jam 12.00 tengah hari kepala desa datang dari pedalaman yang baru pertama kali bertemu dengan kedua Marinir itu. Karena waktu mereka datang di Peitoko, beliau beserta para pamong desa lainnya sedang melaksanakan sensus di pedalaman.
Sementara para anggota hansip secara estafet terus melakukan pencarian sepanjang pantai selatan Alor di mana kemungkinan kedua rekannya mendarat. Tetapi sampai tanggal 12 Desember 1975 saat mereka dijemput Danramil Alor Timur menuju Kota Kecamatan Martain Alor Timur, kedua rekannya belum ada beritanya.
Saat-saat yang mengharukan bagi mereka yaitu ketika diadakan doa bersama di mesjid-mesjid dan gereja-gereja yang ditujukan untuk keselamatan tentara yang berjuang di Timor Timur. Terutama untuk mereka berdua beserta kedua rekan yang belum ketemu.
Kedua rekan mereka yakni Pelda Mar (anm) Slamet Priyono dan Serma Mar (anm) Soetardi sampai saat ini tidak ada kabar beritanya. Pimpinan TNI AL/Hankam telah memutuskan keduanya dinyatakan gugur sebagai pahlawan bangsa.