Anggota tim berenang terus dengan ganti berganti gaya dan beristirahat tidur setelah berenang 10 jam. Para anggota tim tidur dengan meniup pelampung dan saling memikul kaki serta bergandengan supaya tidak terpisah-pisah oleh gelombang dan arus.
Setiap beristirahat anggota dapat langsung tidur nyenyak karena capeknya bahkan dengan mimpi- mimpi yang indah. Tetapi paling lama anggota tim dapat tidur kurang dari 10 menit. Karena kedinginan dan kelaparan sehingga mudah sekali terbangun. Juga apabila diteruskan tidur khawatir kalau kepala terendam air yang akibatnya akan fatal yaitu tidak dapat bernapas dan mungkin mati kaku.
Pada 8 Desember 1975 tim terpecah karena melihat bayangan daratan yang menggoda. Pelda Mar (anm) Slamet Priyono bersama dengan Serma Mar (anm) Soetardi dan Serka Mar Nur Kamid dengan Kopda Mar Soeyono. Karena Pelda Marinir (anm) Slamet Priyono dan Serma Mar (anm) Soetardi berenangnya lebih cepat maka mereka memutuskan untuk berenang duluan.
Dua jam setelah berpisah, sekitar pukul 18.00, Nur Kamid beserta Kopda Marinir Soeyono terjebak dalam pusaran arus yang sangat kuat. Hampir dua jam tidak mampu keluar dari pusaran tersebut, mereka nyaris menyerah.
Setelah bebas dari pusaran arus, mereka selanjutnya berenang ke arah barat laut karena menurut pengalaman selama berenang di Selat Ombay tersebut perubahan arus hanya ke arah barat dan timur. Berdasarkan pertimbangan tersebut mereka tidak langsung menuju ujung timur Alor yang jaraknya paling dekat, tetapi mereka memotong agak ke barat, agar bila terjadi perubahan arah arus ke timur mereka tidak terseret ke laut Banda yang sangat luas, dan kalau terjadi perubahan arus ke timur mereka tetap lurus dengan Alor.
Malam pada 8 Desember 1975 merupakan malam yang menentukan bagi mereka. Beberapa kali mereka mengalami kejadian luar biasa.