Menjelang tengah malam angin bertiup kencang menyebabkan gelombang pecah tidak teratur mengombang-ambingkan mereka yang sudah kelelahan. Sekitar pukul 24.00 pada saat Nur Kamid terlentang, berenang dengan gaya punggung, menyaksikan di antara taburan bintang-bintang di langit muncul istana-istana yang luar biasa indahnya dengan tangga-tangga yang sangat artisitik.
Badan terasa mengambang di awang-awang, Nur Kamid mengajak rekan Soeyono berhenti dan naik saja ke istana tersebut. Untung rekan Soeyono menyadari ada sesuatu yang kurang beres pada diri Nur Kamid. Mungkin karena hampir kehabisan tenaga, kesadaran Nur Kamid berkurang sehingga mengalami halusinasi. Nur Kamid diajak beristirahat dan mereka berdua segera pulas.
Namun keajaiban terjadi lagi. Tiba-tiba Nur Kamid dibangunkan entah oleh siapa karena rekan Soeyono masih pulas.
Nur Kamid melihat jam dan ternyata Nur Kamid baru tertidur sekitar 3 menit. Anehnya badan Nur Kamid terasa segar dan kuat. Laut yang tadinya bergolak seolah mendidih, menjadi tenang seperti kolam renang dan airnya terasa hangat. Sebentar kemudian terdengar suara pecahan gelombang disusul sinar-sinar baterai seolah-olah pantai sudah di depan mata. Nur Kamid membangunkan Kopral Soeyono
“Yon mari segera meneruskan perjalanan, pertolongan Tuhan telah datang, daratan sudah dekat,” ucapnya.
Tanggal 9 Desember 1975, mereka berenang dengan semangat dan moral tinggi serta tenaga berlipat ganda. Dengan penuh harapan dan keyakinan mereka menuju ke arah suara dan lampu-lampu tersebut.