Kominfo Beberkan 5 Modus Penipuan Online dan Cara Melindungi Data
Sementara modus pharming handphone, yakni penipuan dengan cara mengarahkan mangsanya kepada situs web palsu, di mana entry domain name system yang ditekan/diklik korban akan tersimpan dalam bentuk cache. Dengan begitu dapat memudahkan pelaku untuk mengakses perangkat korban secara ilegal.
Contohnya, pembuatan domain seolah-olah mirip dengan asal institusi dari yang aslinya. Pelaku akan menaruh atau memasang malware supaya nantinya bisa mengakses secara ilegal.
"Kasus seperti ini banyak terjadi umpamanya ada yang Whatsapp-nya disadap atau diambil alih karena ponsel sudah dipasangkan malware oleh pelaku sehingga data-data pribadinya dicuri,” ucap dia.
Sedangkan modus sniffing, di mana oknum pelaku akan meretas untuk mengumpulkan informasi secara ilegal lewat jaringan yang ada pada perangkat korbannya dan mengakses aplikasi yang menyimpan data penting pengguna.
Menurut Semuel, modus sniffing ini paling banyak terjadi. Bahayanya, jika seseorang menggunakan atau mengakses wifi umum yang ada di ruang publik, apalagi jika digunakan untuk melakukan transaksi.
Adapun modus money mule, misalnya ada oknum yang meminta korban untuk menerima sejumlah uang ke rekening untuk nantinya ditransfer ke rekening orang lain.
Terakhir, modus social engineering, di mana pelaku memanipulasi psikologis korban hingga tidak sadar memberikan informasi penting dan sensitif. Nantinya, pelaku akan mengambil kode OTP atau password karena sudah memahami perilaku targetnya. Dengan kata lain, masyarakat seringkali tidak sadar membagikan data-data yang seharusnya perlu dijaga.
Dengan banyaknya aksi kejahatan yang beragam dan tidak disadari, Samuel meminta masyarakat perlu lebih berhati-hati dalam penggunaan teknologi digital. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan membuat password yang sulit ditebak oleh orang lain.
“Kita harus membuat password akun yang benar-benar tidak mudah ditebak. Kemudian sering-sering mengganti password serta selalu melakukan update karena update software itu ada dua, biasanya untuk meningkatkan fitur-fiturnya tapi juga untuk menutup lubang (keamanan) yang bisa menjadi peluang masuknya para penjahat untuk mengambil data,” tutur Samuel.
Editor: Jujuk Ernawati