Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kisah Sastrawan Sapardi Djoko Damono, Menulis untuk Kebahagiaan
Advertisement . Scroll to see content

Mengenang Sapardi Djoko Damono, Tidak Menulis saat Emosi

Minggu, 19 Juli 2020 - 15:31:00 WIB
Mengenang Sapardi Djoko Damono, Tidak Menulis saat Emosi
Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu (19/7/2020). (Foto: Antara)
Advertisement . Scroll to see content

Puisi, menurut Sapardi sebenarnya tak ubahnya sebuah sains atau rumus matematika. Puisi sangat kental logika, "maka kata-kata dalam puisi pun harus nyambung."

Tidak menulis saat emosi

Sapardi mengaku tak pernah menulis saat dirinya sedang dalam keadaan emosi yang tidak stabil, misalnya saat jatuh cinta, saat patah hati, saat sangat marah, sangat sedih atau bahkan sangat rindu.

"Kalau saudara sedang sangat marah, misalnya, maka itu tidak akan jadi. Saya saat menulis puisi 'Dongeng Marsinah' itu dalam keadaan sangat marah makanya itu butuh waktu sampai tiga tahun untuk menyelesaikannya, bahkan sampai sekarang pun kalau saya membaca lagi puisi itu, saya masih marah dan ingin memperbaikinya," kata Sapardi.

Peraih penghargaan Pencapaian Seumur Hidup dalam Sastra dan Pemikiran Budaya dari Akademi Jakarta itu yakin, orang yang sedang emosi tinggi atau marah tak akan bisa menulis puisi dengan baik.

"Kalau emosi tinggi jangan nulis, nanti puisinya tanda pentung (tanda seru) semua, siapa yang bisa baca? Tenangkan dulu perasaannya. Ajak bicara emosinya, 'Hei, saya mau nulis dulu, kamu menyingkir dulu', jadi harus ada jarak antara penyair dan apa yang akan disyairkan. Namanya jarak estetis," kata Guru Besar Pensiun (profesor emeritus) UI itu.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut