Ini Strategi China dalam Mengatasi Gelombang Kedua Wabah Covid-19
Berkaca pada pengalaman pertama menangani wabah Covid-19, Pemerintah China kembali menetapkan lockdown sebagai langkah awal yang mereka sebut "kontrol tepat". Semua pekerja di bidang makanan dan minuman di seluruh kota diminta melakukan tes dan beberapa bar diperintahkan untuk tutup. Namun, sebagian besar mal dan restoran yang berada di area tanpa kasus baru Covid-19 diizinkan tetap buka.
Penutupan tempat keramaian di area yang terdeteksi ada penularan baru Covid-19 memungkinkan tim medis serta relawan leluasa melakukan tracing dan melakukan tes dengan cara door to door (rumah ke rumah).
Pemerintah juga menggunakan data rekaman kamera lalu lintas untuk mencari pemilik kendaraan berdasarkan plat mobil mereka yang diketahui pernah parkir atau berada di dekat Pasar Xinfandi.
Bagi mereka yang dinyatakan terinfeksi Covid-19 diminta menjalankan karantina mandiri selama 14 hari. Setelah itu akan kembali menjalani tes untuk mengetahui status terbarunya.
Kerja taktis, terukur, serta efisien tersebut membuahkan hasil, setidaknya ledakan kasus baru Covid-19 tak sampai meluas ke kota besar lainnya. Data terbaru per Rabu (8/7/2020) kemarin, China hanya ada penambahan sembilan kasus baru yang berasal dari Beijing, dari jumlah tersebut angka kematiannya nol.
"Tidak ada yang memiliki sumber daya, kemampuan, tekad, dan penunjuang finansial dan tentu saja modal sosial untuk melakukan ini kecuali China," kata Leong Heo Nam, Spesialis Penyakit Menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, dilansir dari AFP, Kamis (9/7/2020).
Editor: Arif Budiwinarto