Perjalanan Menyusuri Trans Kalimantan

Sekitar pukul 21.30 kami memasuki Kota Palangkaraya. Di batas kota, rombongan KNI Palangkaraya sudah siap menyambut dan memandu kami memasuki kota. Dalam panduan knalpot Ninja, rasa kantuk mulai hilang dan semangat kembali meningkat melihat Kota Palangkaraya yang bersih.
Jalanan lebar di Jalan Raya Tjilik Riwut ini mengingatkan kami bila masuk Kota Semarang karena langsung bertemu beberapa bundaran serta bangunan khas di dekat simpangan bundaran tersebut. Kami dipandu menuju hotel, namun sebelumnya diajak menikmati kopi dan bubur kacang di Jalan RTA Miloto, dekat bunderan jalan Imam Bonjol.
Acara ramah tamah malam itu ditutup dengan rencana beberapa anggota KNI Palangkaraya yang akan menemani rombongan BMWMC di esok hari menuju Borneo Orangutan Survival dan Museum Balanga.
Kami pun masuk ke hotel Grand Sakura untuk beristirahat, lengkap dengan kisah perjalanan malam yang menegangkan dan jalanan berlumpur khas Kalimantan. Namun fokus utamanya, kami merasa beruntung karena lintasan Trans Kalimantan sejak 2012 sudah bukan lagi jalan lumpur, di mana mobil dan motor harus ditarik dengan tambang. Pembangunan di Kalimantan ada hasilnya.* (bersambung).
*Penulis
Rizal Yusacc
BMW Motor Cycle Club Jakarta
Editor: Zen Teguh