JAKARTA, iNews.id – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) 1997-2000 dr Merdias Almatsier, Sp.N(K), meninggal dunia. Belum diketahui apa penyebab kematiannya.
Kabar ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga PB IDI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hingga Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Ya, sosok dr Merdias Almatsier berperan cukup besar dalam dunia kedokteran di Indonesia.
Semasa hidup, banyak ilmu yang ditularkan almarhum kepada dokter-dokter di Indonesia. Perannya di instansi atau lembaga kedokteran pun patut diapresiasi tinggi.
Kepergian dr Merdias tentu menyisakan duka mendalam. Namun, apa yang sudah dia berikan kepada bangsa ini tidak akan hilang dan selalu dikenang.
Berikut ini profil lengkap dokter Merdias Almatsier, perjalanan hidup yang memberi banyak kebaikan bagi orang lain.
Nama dr Merdias Almatsier, Sp.N(K) sudah lama dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan dunia medis Indonesia. Ia bukan hanya dokter spesialis saraf senior, tetapi juga sosok yang mewarnai banyak kebijakan kesehatan, etika profesi kedokteran, hingga standar pelayanan dokter di Tanah Air.
Lahir pada 8 September 1944, Merdias tumbuh dari keluarga perantau Minangkabau asal Koto Gadang, Sumatera Barat. Ayahnya bernama dr Mohamed Adenin Almatsier dan ibunya Chamisah Mochtar.
Setelah menamatkan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dengan titel dokter pada 1969, Spesialis saraf (1977), dan Spesialis Saraf Konsultan (1996), dr Merdias melanjutkan pelatihan neurologi di Tokyo Woman’s Medical College, Jepang pada 1984.
Dari sanalah karier akademiknya berkembang hingga dikenal luas sebagai salah satu neurolog senior Indonesia.