Rokok tidak hanya berdampak terhadap si perokok langsung, tetapi juga berisiko pada perokok pasif. WHO mencatat bahwa 1,2 juta kematian per tahun terjadi pada perokok pasif.
Dampaknya hampir setara dengan perokok aktif karena paparan zat berbahaya yang sama. Anak-anak, ibu hamil, dan lansia sangat rentan terhadap paparan asap rokok di lingkungan rumah dan publik.Lebih lanjut Prof.
Aru Sudoyo menjelaskan bahwa semakin lama seseorang merokok, semakin tinggi risiko kanker, efeknya bersifat kumulatif, dan semakin banyak rokok yang diisap per hari, semakin besar risiko kanker.
“Kami mengajak seluruh masyarakat, termasuk para pemimpin publik, untuk merujuk pada data medis dan bukan opini pribadi. Rokok bukan hanya membunuh perokok, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Ini bukan soal debat, ini soal nyawa,” kata Prof Aru Sudoyo.
Sebelumnya, Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun menyebut tak ada orang yang meninggal dunia akibat merokok. Hal ini ia nyatakan saat membela industri rokok. Pernyataan itu disampaikan politikus Golkar, dalam acara diskusi yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terkait satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
"Ada nggak orang yang meninggal karena merokok? Nggak ada. Sampai sekarang belum ada satu dokter pun mengatakan orang meninggal karena merokok. Autopsinya mengatakan sakit jantung, paru-paru, diabetes," ujar Misbakhun.
"Nggak ada yang mengatakan, dokter mengatakan tanda tangan autopsinya itu merokok. Nggak ada. Nah inilah yang kalau menurut saya harus kita clear kan," imbuhnya.
Misbakhun pun meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) harus adil terhadap industri rokok nasional. "Berapa persen sih dari aspek rokok ini yang kemudian menyangkut.. di bidang kesehatan, mengganggu kesehatan?" ucapnya.
Misbakhun juga menyoroti peran Kementerian Perindustrian yang diambil oleh Kemenkes, dengan dalih menjaga kesehatan publik. Menurutnya keliru.