قَوْلُهُ (مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمْعٍ تَهَاوُنًا) أَيْ بِأَنْ لَا يَكُونَ لِعُذْرٍ وَلَا يَمْنَعُ مِنْ ذَلِكَ اعْتِرَافُهُ بِوُجُوبِهَا وَأَنَّ تَرْكَهَا مَعْصِيَةٌ، وَظَاهِرُ إطْلَاقِهِ أَنَّهُ لَا فَرْقَ فِي ذَلِكَ بَيْنَ الْمُتَوَالِيَةِ وَغَيْرِهَا، وَلَعَلَّهُ غَيْرُ مُرَادٍ وَإِنَّمَا الْمُرَادُ الْمُتَوَالِيَةُ (قَوْلُهُ : طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ) أَيْ أَلْقَى عَلَى قَلْبِهِ شَيْئًا كَالْخَاتَمِ يَمْنَعُ مِنْ قَبُولِ الْمَوَاعِظِ وَالْحَقِّ
Artinya: Siapa meninggalkan tiga kali shalat Jumat karena meremehkan) dalam arti tidak ada uzur. Pengakuan atas kewajiban Jumat tidak menghalanginya dari konsekuensi tindakannya. Tindakan meninggalkan Jumat adalah maksiat. Secara zahir kemutlakannya bahwa tidak ada perbedaan antara meninggalkan berturut-turut atau tidak. Tetapi bisa jadi bukan itu yang dimaksud. Yang dimaksud adalah ‘berturut-turut’ (niscaya Allah menutup hatinya) Allah menyegel hatinya dengan sesuatu seperti cincin yang dapat menghalanginya dari nasihat dan kebenaran (Ar-Ramli, Nihayatul Muhtaj, juz VI, halaman 450).
Dapat disimpulkan dari hadits di atas, seorang lelaki Muslim yang dengan sengaja meninggalkan atau tidak melaksanakan shalat Jumat tiga kali berturut-turut, ia termasuk ke dalam golongan orang kafir nifaq, secara lahiriah tampak beriman, tapi hatinya menolak beriman kepada Sang Maha Pencipta, yakni Allah Subhanahu Wata'ala.
Terdapat beberapa udzur yang dapat dijadikan sebagai alasan untuk tidak melaksanakan shalat Jumat. Di antaranya, hujan yang dapat membasahi pakaiannya, turunnya salju, dingin baik siang maupun malam.
Serta, sakit berat yang membuatnya sulit untuk berjalan menuju masjid, kekhawatiran gangguan keselamatan jiwa, kehormatan diri dan harta benda.
Itulah ulasan mengenai hukum tidak shalat jumat 3 kali. Semoga bermanfaat!