Bukti yang menunjukkan tidak adanya batasan jumlah raka’at dalam shalat malam adalah dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketika ditanya tentang shalat malam, beliau menjawab:
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
Yang berarti, “Shalat malam dilakukan dua raka’at demi dua raka’at. Jika seseorang di antara kalian khawatir waktu subuh akan tiba, maka lakukanlah satu raka’at witir untuk menutup shalat yang telah dilakukan.” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749, dari Ibnu ‘Umar)
Dalam konteks pertanyaan ini, jika shalat malam memiliki batasan tertentu, tentunya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskannya.
3. Dalam praktik shalat malam, kita dianjurkan untuk mengakhirinya dengan shalat witir, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits dari Ibnu ‘Umar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: