Namun seorang Muslim Kazakh bernama Orinbeck yang pernah ditahan di sekolah itu selama empat bulan menceritakan pengalamannya.
"Saya harus mempelajari kebijakan-kebijakan pemerintah China, saya harus belajar bahasa dan sejarah China," katanya, seperti dilaporkan BBC, Kamis (16/1/2020).
"Kami juga harus melupakan bahasa Kazakh. Kata mereka, kalau saya tidak belajar lagu-lagu dan aksara China, maka saya tak boleh meninggalkan tempat itu," kata Orinbeck lagi.
Seorang perempuan Kazakh, Gulzira, pernah ditahan di sana selama 15 bulan.
"Itu bukan sekolah. Itu penjara," katanya.
Gulzira juga mengaku bahwa dia diberi suntikan sesudah tinggal di kamp itu selama tiga bulan.
Dia tidak pernah tahu untuk apa suntikan itu.
"Kalau menolak, mereka akan dikirim ke kamp yang lebih keras lagi," katanya.
Penyiksaan juga kerap terjadi di dalam kamp tahanan tersebut.
Tursinbeck mengaku disiksa selama berada di sana. Dia mengaku dibawa ke ruang bawah tanah yang disebut 'zindan' di mana kantungnya diperiksa.