Bentuk pelanggaran seperti berkelahi dengan pelanggan atau minum alkohol di dalam kamar, sekarang sudah bisa menjadi dasar pemecatan.
"Sebelumnya kami dapat menafkahi anak-anak kami, membayar sewa tempat tinggal. Sekarang kami tidak bisa lagi melakukan itu. Saya tidak mempunyai apa-apa. Jika mereka mengusir kami, ke mana kami akan pergi?"
Masa depan bisnis seks di Tunisia menimbulkan pro-kontra di kalangan para aktivis, kata Wahid Ferchichi, profesor hukum di Universitas Carthage sekaligus pegiat HAM, kepada BBC.
"Banyak pihak dari kalangan politik dan masyarakat sipil yang mendukung penutupan (rumah bordil), karena menganggap bisnis seks adalah bentuk perbudakan baru atau perdagangan manusia," kata Ferchichi.
"Tetapi jika kita menutup semua tempat ini dan hukum pidana Tunisia diterapkan, kita akan memenjarakan semua perempuan ini. Lantas apa jalan keluarnya?"