BEIJING, iNews.id - Media pemerintah China menyebut apa yang terjadi di Myanmar pada Senin bukanlah kudeta, melainkan reshuffle kabinet besar-besaran.
Pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi serta pejabat lain termasuk Presiden Win Myint ditangkap dan ditahan pada Senin (1/2/2021) dini hari, sebelum militer mengumumkan pengambilalihan kekuasaan.
Kantor berita Xinhua menghindari penggunaan istilah kudeta dan menggambarkan penunjukan 11 pejabat menteri baru dari kalangan jenderal, mantan perwira, serta mantan penasihat pemerintah, menggantikan kabinet Suu Kyi pada Senin malam sebagai perombakan besar-besaran.
Media lainnya, Global Times, mengutip pernyataan pakar yang tidak menyebutkan identitasnya, melaporkan, pengambilalihan kekuasaan oleh para jenderal bisa dilihat sebagai penyesuaian atas struktur kekuasaan negara yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Bukan hanya itu, surat kabar yang menjadi corong Partai Komunis itu mengaitkan apa yang terjadi di Myanmar dengan mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Beberapa ahli menyebutkan bahwa Trump, yang menolak mengakui kekalahan dalam pilpres dan dilaporkan menghasut kerusuhan di Capitol, mungkin menjadi inspirasi bagi militer Myanmar," kata surat kabar tersebut, sebagaimana dilaporkan kembali AFP, Selasa (2/2/2021).