JAKARTA, iNews.id - Perbandingan kekuatan militer Israel dan Hizbullah Lebanon menarik diketahui. Kedua pihak di ambang perang besar setelah kematian pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada Jumat (27/9/2024).
Kematian Nasrallah akan memicu pembalasan kelompok yang didikung Iran tersebut. Di sisi lain, Israel juga memanfaatkan momentum ketiadaan kepemimpinan Hizbullah dengan melancarkan invasi ke wilayah Lebanon.
Beberapa pejabat Amerika Serikat (AS) menyebutkan serangan darat Israel ke Lebanon tampaknya akan terjadi dalam waktu dekat. Hal itu didasarkan pada pengerahan lebih banyak pasukan Israel ke perbatasan dengan Lebanon.
Lantas jika perang besar terjadi, siapa yang diprediksi akan memenangkannya? Meskipun Hizbullah hanya partai politik serta entitas perlawanan, bukan pemerintahan, kemampuan militernya tak bisa dianggap sebelah mata.
Hizbullah telah beberapa kali terlibat perang dengan Israel, sebelum ini terjadi pada 2006. Tak heran, kelompok ini dibentuk, salah satu alasannya untuk melawan Israel yang mencaplok wilayah Lebanon.
Perlu diketahui, Israel selalu gagal merebut wilayah yang dikuasai Hizbullah di Lebanon dalam perang sebelumnya.
Hizbullah merupakan salah satu aktor non-negara paling bersenjata lengkap di dunia. Sebagian besar kekuatan militernya didukung oleh Iran.
Hizbullah lahir selama perang saudara Lebanon pada 1980-an, awalnya dibentuk untuk memerangi pendudukan Israel di Lebanon Selatan. Pendudukan Israel berlangsung hingga 2000 hingga seluruh pasukan Zionis ditarik dari wilayah Lebanon.
Sejak itu sayap militer Hizbullah tumbuh secara signifikan, bahkan lebih kuat daripada tentara nasional Lebanon.
Kekuatan militer Hizbullah terletak pada persenjataannya yang luas, mencakup lebih dari 150.000 roket dan rudal. Senjata-senjata tersebut antara lain adalah roket artileri tanpa pemandu, termasuk Katyusha, hingga rudal berpemandu presisi.
Senjata-senjata utama dalam gudang persenjataan mereka meliputi roket Raad, Fajr, dan Zilzal buatan Iran.
Hizbullah juga meningkatkan kemampuan roket-roket yang awalnya tanpa pemandu, kini dipasangi sistem pemandu presisi. Teknologi itu secara signifikan meningkatkan akurasi dan tingkat ancamannya terhadap Israel.
Kelompok tersebut juga memiliki rudal antitank canggih, seperti Kornet buatan Rusia dan Toophan buatan Iran. Toophan diketahui versi rekayasa dari rudal TOW AS.
Rudal-rudal tersebut terbukti efektif melawan kendaraan lapis baja Israel, khususnya selama Perang Lebanon 2006.