Fakta Tersembunyi di Balik Uap Vape
Nina menyatakan, hanya bengong saja waktu itu. Bingung mau mengatakan apa untuk membela diri. Dokter bilang kalau sinusnya mau sembuh, ia harus berhenti ngevape. Kalaupun sinus sembuh dan kembali ngevape, pasti sinusnya kambuh lagi. Syukurlah Nina tak opname, tapi harus minum obat yang tak sedikit selama berbulan-bulan. "Terus terang, waktu itu saya khawatir juga, apalagi aktivitas kuliah sedang padat-padatnya. Saya berusaha untuk mengikuti saran dokter, berhenti vape. Akhirnya bisa. Saya tidak ngevape lagi dan sinus saya sudah sembuh total,” kata Nina.
Berbeda dengan Nina, Nofa (21) bahkan tidak pernah mengisap apalagi memegang rokok, baik tembakau maupun elektronik. Namun, ia merasa tubuhnya ada masalah akibat dari kebiasaan merokok orang-orang di sekitarnya, baik di rumah dan di tempatnya bekerja. Nofa sempat bekerja sebagai pelayan (waiter) di sebuah kafe.
Setahun lalu, Nofa pernah mengalami sesak napas yang tak kunjung reda. Awalnya, ia mengira sesak napas tersebut karena faktor kelelahan bekerja serta terpapar debu dan asap kendaraan di Kota Medan. Ia lalu mencoba menggunakan masker. Bukannya sembuh, ia merasakan dadanya semakin berat dan sesak. Nofa memeriksakan diri ke dokter. Berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen, terlihat ada penumpukan cairan di paru-paru Nofa.
Nofa menyatakan kaget karena tak merasa melakukan aktivitas yang mengarah ke kondisi tersebut. Tapi ketika ia menceritakan kondisinya yang berada dalam lingkungan perokok, dokter menyebut, cairan di paru-paru bisa jadi akibat terlalu sering mengisap asap rokok, termasuk uap vape dari teman kerja dan pengunjung kafe yang merokok. “Jujur kaget karena saya tidak pernah merokok. Memegang rokok atau vape pun tidak. Tapi setelah mendengar penjelasan dokter dan melihat aktivitas saya, saya jadi percaya,” katanya.
Khusus untuk vape, Nofa awalnya berpikiran tidak seberbahaya asap rokok tembakau karena uapnya yang wangi. Nofa pun mengabaikannya. “Menurut dokter, uap wangi yang saya hirup sebenarnya mengandung partikel-partikel halus dan zat kimia yang masuk ke paru-paru tanpa kita sadari,” kata dia.
Menurut Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), spesialis paru dari RS Persahabatan Jakarta, kasus seperti Nina dan Nofa memberi gambaran bahwa bahaya vape tidak hanya mengancam penggunanya, tapi juga orang-orang di sekitarnya. Bahkan sampai muncul anggapan, bahwa asap vape adalah “versi bersih” dari rokok tembakau, vape lebih aman dari rokok tembakau, atau vape merupakan solusi untuk berhenti merokok.
Agus membantah semua anggapan ini. Ia menyebut, di balik uap vape beraroma manis tersebut, para dokter spesialis paru melihat sebuah fakta tersembunyi berupa ancaman kesehatan ancaman kesehatan yang jauh lebih licik dan gelap. "Anggapan versi bersih, lebih aman, dan solusi tentu saja tidak benar," kata Agus, Jumat (19/9/2025).