Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, sebagai teladan utama, tidak pernah melakukan perayaan tersebut. Jika memang perayaan tersebut disyariatkan, tentu beliau akan segera melakukannya dan mengajarkannya kepada umatnya. Namun, kenyataannya, tidak ada tindakan atau ajaran tersebut dari beliau.
Para sahabat yang sangat amanah dan menjadi teladan setelah Rasulullah juga tidak pernah merayakan perayaan-perayaan tersebut. Jika para sahabat pernah melakukannya, tentu para tabi'in akan mengikutinya.
Perkara baru dalam agama, baik di generasi kedua atau ketiga, tidak memiliki dalil yang sahih. Hanya tindakan yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya yang dapat dijadikan dalil. Oleh karena itu, perayaan-perayaan seperti Maulid Nabi, malam Nishfu Sya'ban, dan malam 27 Rajab sebaiknya dihindari dan umat Muslim harus berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah.
Keutamaan Bulan Syaban
1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Sering Berpuasa di Bulan Sya’ban
Berdasarkan riwayat dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berpuasa hingga terkadang tidak berbuka sehingga dianggap tidak pernah berbuka, atau beliau juga kadang berbuka sehingga dianggap tidak pernah berpuasa. ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma menyatakan bahwa beliau tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan kecuali pada bulan Ramadhan. Namun, beliau melakukan puasa lebih banyak pada bulan Sya’ban.
Abu Salamah, meriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan lebih banyak daripada bulan Sya’ban, dan beliau melaksanakan puasa sepenuhnya pada bulan Sya’ban. Beliau juga menyarankan untuk melakukan amal sunnah semampu yang dapat dilakukan, karena Allah tidak merasa bosan dengan amalan yang dijalankan terus-menerus.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku