Betapa senangnya aku! Jadi, aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Setelah itu, aku menikah dan mulai membesarkan keluargaku sendiri. Aku sibuk dengan pekerjaan dan keluarga, demi kebahagiaan anak-anakku tercinta. Aku bahkan tidak pernah memikirkan ibuku lagi.
Namun, tanpa disangka, pada suatu hari, ibuku datang mengunjungi rumahku. Wajah dengan mata satunya itu membuat anak-anakku takut sehingga mereka mulai menangis. Aku marah kepada ibuku karena muncul mendadak. Aku pun melarangnya masuk.
Kemudian, aku berteriak, "Jangan pernah ke sini lagi dan ke kehidupan keluarga baru saya!
Ibu hanya diam dan meminta maaf, lalu pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
Pada suatu ketika, sebuah undangan untuk reuni sekolah membawaku kembali ke kampung halamanku setelah puluhan tahun lamanya kutinggalkan.
Aku tidak bisa menolak berkendara melewati rumah masa kecilku dan mampir ke gubuk tua tempat ibuku tersebut. Seorang tetangga mengatakan kepadaku bahwa ibuku sudah meninggal dan menitipkan surat untukku. Beginilah isi surat Ibu: