Dari: Ibumu tersayang.
Setelah membaca surat dari Ibu, air mataku menetes. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku sangat menyesal. Sejak itu, aku selalu menyalahkan diriku sendiri, mengapa dulu aku tidak pernah sedikit pun bersikap baik kepada Ibu. Aku bahkan tega menghilangkan dirinya dari kehidupanku, padahal Ibu selalu ada untuk membantuku.
Pernah suatu ketika, ban motor saya kempes sepulang dari mengikuti pengajian rutin tiap pekan di rumah teman. Saat itu, waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Malam terasa begitu dingin karena saat itu sedang musim hujan. Akan tetapi, alhamdulillah, saat itu hujan tidak turun.
Sambil menuntun sepeda motor, saya berjalan menelusuri jalan untuk mencari tukang tambal ban.
"Ada apa, Mas?" tanya seorang pemuda yang duduk-duduk di depan rumah.
"Ban motor saya bocor. Di mana, ya, tukang tambal ban yang masih buka?" tanya saya.
"Wah, sudah pada tutup semua, Mas! Adanya di dekat jalan raya, tapi cukup jauh!" jawabnya.