Sekitar dua tahun menjadi perokok tembakau, Nina berusaha untuk menghentikan kebiasaannya. Kepindahannya ke Medan untuk kuliah di tahun 2021 menjadi titik baliknya karena ia sudah jauh dari teman SMA di Aceh. Nina berjanji pada diri sendiri untuk berhenti merokok, walaupun ia tahu sebenarnya janjinya itu sulit ditepati. Dari beberapa teman kuliahnya yang merokok, Nina mendapat informasi, satu cara berhenti merokok tembakau adalah dengan menggunakan vape.
“Kata teman-teman, vape ada rasanya, asapnya lebih wangi, punya bentuk seperti pulpen dan lucu-lucu. Jadi lebih sehat dan tidak seberbahaya rokok biasa. Dengan ngevape, katanya kita bisa mengontrol sendiri nikotinnya. Akhirnya lama-lama bisa hilang ketagihan dengan rokok biasa. Ya sudah, akhirnya saya pilih vape,” ujarnya.
Alih-alih mengontrol nikotin, Nina mengaku menjadi pengguna vape yang sangat aktif, bahkan lebih aktif dibandingkan saat ia mengisap rokok tembakau. Tak cuma ngevape di kampus dan di kamar indekos setiap hari, Nina juga bahkan ikut komunitas vape di Medan. Dari komunitas ini, Nina menyadari bahwa vape dianggap biasa saja di Medan, termasuk jika penggunanya adalah perempuan berhijab seperti dia.
“Di sini (Medan), biasa saja kalau perempuan berhijab menggunakan vape di tempat umum. Hal ini membuat saya makin percaya diri. Bahkan alat vape, saya gantungkan saja di leher. Tak terhitung bentuk pod dan aneka liquid yang sudah saya gunakan. Pokoknya saya yakin saja kalau vape membantu mengurangi ketagihan rokok biasa,” katanya.
Namun semua keyakinannya itu runtuh pada suatu sore di akhir tahun 2022. Saat berada di kamar indekos, hidungnya mengeluarkan darah (mimisan). Nina tak menaruh curiga. Ia menduga, mimisan tersebut karena faktor cuaca Kota Medan yang panas dan khawatir ia terkena Covid-19 yang masih marak kasusnya saat itu. Nina pun mengabaikan mimisannya.
“Saya hanya berpikir mungkin karena kurang istirahat atau kurang minum air putih. Saya masih tetap pakai vape. Tapi lama kelamaan, keluhan saya tidak hilang, justru bertambah. Kepala pusing dan sering flu. Saya coba minum obat yang dibeli di warung, tapi tak sembuh-sembuh. Oleh mama, saya disarankan berobat ke dokter. Pertama ke dokter umum dan diberikan obat. Tapi tak sembuh juga. Karena tak sembuh, saya dirujuk ke spesialis THT. Berdasarkan pemeriksaan lengkap, saya terkena sinusitis kronis,” terangnya.
Nina menyatakan kaget saat diberitahu terkena sinusitis. Menurutnya, ia tak memiliki kebiasaan yang membuatnya harus terkena sinusitis. Saat berkonsultasi dengan dokter dan menuding dirinya merokok, ia membantah. Ia menyebut, sudah berhenti merokok dua tahun terakhir dan beralih menggunakan vape. “Saya dicereweti dokter dan bilang bahaya asap rokok dan vape itu sama saja. Bahkan asap vape lebih parah dari asap rokok biasa,” kata dia mengenang ucapan dokter.