Berkas-berkas tersebut tentu tak pernah menyebut fasilitas-fasilitas ini sebagai kamp penahan. Namun pusat pendidikan atau jika diterjemahkan secara akurat, "pusat pendidikan ulang".
Salah satu "pusat pendidikan" yang disebut dalam dokumen itu hampir pasti berkaitan dengan lokasi yang kami kunjungi. Sebuah dokumen pengadaan proyek pada 2017 meminta pemasangan sistem pemanasan untuk "transformasi melalui sekolah pendidikan" di sebuah tempat di Distrik Dabancheng.
Pada kalimat-kalimat eufemisme ini serta pada satuan ukur dan kuantitas yang tampak membosankan, tersirat betapa luasnya perkembangan jaringan kamp penahan massal di Xinjiang.
Lebih lanjut, pada 2002, Reyila Abulaiti bertolak dari Xinjiang ke Inggris untuk mengenyam pendidikan. Dia bertemu seorang pria Inggris, menikah dengannya, menjadi warga negara Inggris, dan membentuk keluarga.
Tahun lalu, ibunya datang mengunjungi untuk menjumpai sang cucu sekaligus jalan-jalan ke London.