Mustahil bisa berbincang secara terbuka dengan siapa pun di sana. Orang yang lewat mengawasi dari dekat, bahkan secara agresif berbincang kepada siapapun yang menyapa kami. Karenanya, kami memutar nomor telepon di kota itu secara sembarang.
Bangunan macam apa yang punya 16 gardu penjaga dan tidak boleh kami kunjungi?
"Itu adalah sekolah re-edukasi," kata seorang pengurus hotel.
"Ya, itu adalah sekolah re-edukasi," ujar penjaga toko.
"Ada puluhan ribu orang di sana sekarang. Mereka punya masalah dengan pemikiran mereka," sambungnya.
Belakangan kami mengetahui bahwa bagi warga Xinjiang, istilah "pergi ke sekolah" punya makna lain.
"Saya memahami kesalahan-kesalahan saya secara mendalam."
Pemerintah China secara konsisten menyanggah mereka memenjarakan umat Muslim tanpa melalui proses peradilan. Namun, bagi warga Xinjiang, kata 'pemenjaraan' di kamp-kamp sudah lama dilemahkan menjadi 'pendidikan'.
Pemerintah China pun tak tanggung-tanggung memakai kata itu guna menanggapi kritik dari berbagai penjuru dunia.